Sabtu, 29 Mei 2010

MIMPI MANIS SHEILLA..


OLEH GANDA PEKASIH...

Sheila ingat mimpinya berdansa dengan Brendan. Brendan yang mengajaknya turun melantai. Wah... mimpi-mimpiku akan jadi kenyataan, pikir Sheila girang.


Cowok keren itu memandang Sheila lembut dari lantai dansa hingga Sheila merasakan jantungnya berdebar tak karuan. Cowok itu mendatanginya. Berjuta rasa menyerang Sheila, cemas, gugup, senang, grogi dan entah apa lagi.
Cowok itu kian dekat, kaki Sheila gemetar.
“Hai…”
Oh God! Dia bilang hai, pekik hati Sheila. Sheila mencoba tersenyum, tapi suaranya untuk balas menyapa dirasanya seperti bebek, nggak enak didengar.
“Aku ingin mengajakmu berdansa….”
Mengajakku berdansa? Oh God! Sheila tambah gugup, kakinya tambah gemetar, dia tak mampu mengangkat wajahnya yang dirasanya pasti merah padam kayak kepiting rebus.
Cowok itu dengan lembut menarik jari jemari Sheila, memutuskan serba salahnya.
Sheila pun bangkit, dadanya makin keras berdebar, tangan cowok itu dirasanya begitu lembut melingkar di pinggangnya, aroma parfumnya begitu menawan penciumannya, lalu dengan sabar dia menuntun langkah kaki Sheila menuruti langkah-langkahnya. Dengan tatapannya yang penuh cinta, dia berusaha menenangkan Sheila, menentramkan gemuruh jantungnya. Sheila mencoba untuk tidak terus menunduk, dia ingin juga memperlihatkan matanya yang penuh cinta. Kini kaki-kaki Sheila dan cowok itu lincah melantai, di bawah tatapan berpasang-pasang mata yang iri.
Sheila tersenyum bangga, puas, hatinya menertawakan gadis-gadis di sekelilingnya. Mereka begitu cantik dan sempurna seperti putri-putri bangsawan, pakaian-pakaian mereka bercorak indah, terbuat dari sutra, tapi malam ini akulah yang Lady…Ha ha ha!
Buummmm!
Sheila nyaris terjatuh, jantungnya berdebar kencang. Ia memandang aneh ke cowok berambut kribo dan berhidung besar yang dibencinya, yang lagi mungutin buku-buku yang berjatuhan. Orang-orang di perpustakaan menoleh sambil ketawa.
“Sial” umpat hati Sheila kesal. Cowok keren bak pangeran yang tadi berdansa dengannya jadi hilang, raib entah ke mana.
Sheila mendengus membelalakkan matanya. Cowok itu selesai memunguti buku-bukunya, lalu tersenyum kepada Sheila. “Sialan lu! Kribo item jelek! Maki Sheila dalam hati.” Dia emang paling sebel sama cowok yang sering ditemuinya di perpustakaan ini.
Kembali Sheila merapikan buku-buku di rak tinggi itu.

Cowok keren bak pangeran itu muncul lagi, kini bahkan sudah memegang tangan dan mengusap gemes pipinya. Sheila memekik kegirangan, matanya memandang takjub wajah keren itu, yang hanya berjarak beberapa senti dari hidungnya, Sheila membayangkan sebentar lagi sang Pangeran akan semakin mendekatkankan hidungnya dan mencium….
“Hai…!”
Sheila tersentak kaget terbangun dari mimpinya, matanya langsung melotot, dia memandang tak percaya cowok di depannya. My God! Itu pangerannya. Ia benar-benar muncul di depannya.
Cowok yang mirip Fachri Albar itu tersenyum, aduhai, jantung Sheila berdetak gila-gilaan. Cowok itu menarik buku di depan Sheila.
Sheila cepat tersadar, pangerannya tertarik dengan buku-buku yang sedang dibacanya.
“Boleh aku pinjam yang ini?”
“Boleh… boleh,” jawab Sheila dengan suara bergetar.
Cowok itu mengangguk.
“Terima kasih Tuhan, Kau kabulkan doaku. Di perpustakaan ini memang tempat yang pas buat nungguin dia, karena dia memang suka baca buku. Akhirnya dia datang juga Tuhan, thanks Tuhan…”
“Kayaknya masih ada seri kedua buku ini, tapi aku nggak tahu di mana tempatnya.”
Wah kesempatan bagus nih, bisik hati Sheila girang, aku akan membantunya mencari buku itu dan perkenalan akan berlanjut, hingga suatu hari dia mengajakku kencan di sebuah pesta, berdansa dan….
Cowok itu mengikuti Sheila dari belakang, Sheila sendiri sedang berpikir, di mana tempat buku All About Love seri 2 yang dimaksudkan cowok itu, sudah beberapa hari Sheila jarang ngubek-ngubek tumpukan di beberapa rak buku karena waktunya akhir-akhir ini lebih banyak tersita untuk sebuah khayalan yang indah.

Oh, pekik Sheila pelan seperti teringat. “Saya pernah kok melihat buku itu, serinya emang banyak, All About Love, First Love….”
Wajah cowok itu berubah ceria.
“Di mana tempatnya, mau dong….”
Lalu Sheila pura-pura sibuk membolak-balik tumpukan buku tak jauh dari kursinya, setelah beberapa saat mencari, tentu saja buku itu nggak ditemukan karena buku itu memang nggak ada di situ.
Sheila menarik napas pendek, terlihat kecewa. “Aku yakin buku itu pasti ada di sini sebelumnya, pasti sudah ada yang meminjamnya.”
Cowok itu tersenyum. “Ya pasti ada yang meminjamnya dong, ini kan perpustakaan.” Tiba-tiba si pangeran itu tersenyum dan mengulurkan tangannya. “Nama saya Bren… Brendan!”
Nah ini dia yang ditunggu-tunggu Sheila, dengan wajah sumringah disambutnya uluran tangan Brandan sambil otaknya yang penuh angan-angan bekerja cepat.
Cowok itu berusaha melepaskan tangannya dan tersenyum kikuk.
“Nama kamu siapa?”
Sheila tersadar tapi bukannya menyadari kekonyolannya yang terus memegang tangan Brendan. “Aku Sheila,” lalu dengan terpaksa dilepaskannya tangan cowok itu dengan senyum manis terus dipanteng sebagus mungkin, berharap senyumnya akan meruntuhkan hati sang pangeran.
Cowok itu tersenyum lagi. “Yuk,” katanya sambil membalikkan badan dan meninggalkan Sheila.
Sheila terpaku di tempatnya, kecewa dengan kepergian Brendan, tapi tetap ada rasa senang yang menjalari hatinya. Ah, ternyata nggak sia-sia aku bermimpi dia. Aha! Mimpiku akan jadi kenyataan. Sheilla kembali duduk di tempatnya biasa bergelut dengan buku-buku, dan sesaat kemudian dia sudah meninggalkan alam nyata lagi.

Cowok keren yang bernama Brendan itu muncul lagi esok harinya, Sheila yang tengah sibuk dengan buku-buku yang dipinjamnya langsung tersenyum bahagia.
“Pagi,” sapa Sheila dengan ramah.
“Eh kamu, pagi juga,” balasan yang tak kalah ramah.
“Gimana All About Love-nya? Udah baca?”
“Belum, eh kamu tiap hari nongkrong di sini deh kayaknya?”
Sheila terlonjak senang, dia merasa diperhatikan.
“Aku suka buku, jadi tempat ini surga buatku. Saking seringnya aku di sini, anak anak kalau nyari buku pasti nanyanya ke aku.”
“Asyik dong, buku kan menambah wawasan.”
“Wah iya, orang yang suka buku kalo ngomong asyik, banyak pengetahuannya dan gak kuper. Kamu mau minjam buku apa?” Sheila memandang lekat-lekat wajah di depannya, dan angannya melayang lagi. Cowok itu mencium pipinya….
Tapi cowok itu meninggalkan Sheila dan melihat-lihat rak buku.
“Aku punya buku bagus yang baru aja kubaca,” rayu Sheila dan dia berharap kalau cowok itu antusias dengan bukunya, dia pasti akan punya banyak waktu untuk ngobrol dan tentu pula angan-angannya akan semakin panjang... jang... jang… jang…
“Mm… sebenarnya aku lagi gak tertarik sama buku, aku lagi janjian di sini sama seseorang.”
“Menunggu seseorang?” tanya Sheila, jantungnya berdebar.
Sheila seketika kecewa. Siapa yang ditunggu pangeranku? Ceweknya kah? Tapi Sheila cepat berpikir nyari untungnya dulu sambil ngedoain yang ditunggu cowok itu nggak datang, dia akan memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk memandang wajah pangerannya lekat-lekat, hingga siapa tahu dia bernafsu untuk memeluk dan menciumnya barang sekejap di perpustakaan yang sepi ini.
“Sambil menunggu maukah kamu membaca buku ini?” Sheila menawarkan buku romance yang sedikit agak-agak liar yang pernah nyasar ke perpustakaan ini, dia berharap Brendan mengerti sinyal yang dilemparkannya.
Brendan melirik jam tangannya, dia kemudian menoleh kepada Sheila dan buku itu.
“Kamu semangat banget supaya aku tertarik dengan bukumu?” Senyum Brendan menggoda.
Wajah Sheila merah padam, tapi hatinya senang Brendan bisa menangkap keinginannya.
“Tapi aku nggak konsen nih, aku lagi janjian soalnya. Lain kali aja ya?”
“Iya deh… tadi kamu janjian jam berapa?”
“Ya jam sekarang!” cowok itu mengacuhkan Sheila dan berdiri ke dekat jendela perpustakaan, lalu dia mondar-mandir gelisah sambil melihat-lihat keluar.
Sheila pelan-pelan mendekati. Angan-angannya lalu melayang, cowok itu akan mengusap wajahnya hingga kulit wajahnya yang hitam menjadi putih, dan ladang jerawatnya terhapus semua.
Cowok itu terlihat heran saat dia melihat Sheila sudah berdiri di belakangnya, Sheila gugup dan serba salah, tapi kemudian cowok itu tersenyum, senyumnya cute banget, kumis halusnya begitu indah.
“Kamu suka pesta…?”
“Pesta?”
“Ya, Pesta dansa!”
“Pesta dansa? Wah aku suka sekali itu, pesta kan selalu menyenangkan, saling berpasang-pasangan dan berpakaian seksi.” Sheila tertawa kecil.

“Anak-anak di kelas kami minimal sebulan sekali bikin acara pesta.”
Sheila ingat mimpinya berdansa dengan Brendan. Brendan yang mengajaknya turun melantai. Wah... mimpi-mimpiku akan jadi kenyataan, pikir Sheila girang.
“Nanti kamu aku undang, mau?”
Sheila langsung memegang tangan cowok itu. “Mau dong, kapan?”
“Kapan-kapan ya,” Brendan langsung melepaskan tangan Sheila.
“Ng….” Sheila melirik malu-malu. “Aku pergi sendirian?” tanyanya semakin berani.
“Tentu saja nggak.”
“Sama kamu?”
“Yah terserah kamu….”
Sheila memekik senang dalam hati, dia pun ge-er. Dia berpikir cowok itu juga sedang melancarkan rayuan-rayuan yang menjurus mewujudkan angan-angannya. Sebentar lagi Brendan akan bilang “Aku ingin mengajakmu ke pesta dansa, kamu mau?”
“Mau!” teriak Sheila dengan gembira.
Kening brendan berkerut heran.
“Apa kamu bilang?”
Sheila kaget dan malu. Pangerannya belum ngajak kok udah teriak mau. Sheila buru-buru tersenyum.
“Kalau kamu ngajak, pasti aku nggak ke mana-mana deh. Kapan?”
“Ouh,” sahut Brendan pendek, alisnya tambah berkerut merut, lalu melirik jam tangannya lagi.
Sheila menarik napas pendek, menunggu sang pangeran mengajaknya kencan di malam pesta. Ah, dia pasti sedang gugup, pasti dia lagi nyari-nyari ungkapan yang puitis untuk mengajakku, bisik hati Sheila. Atau jangan jangan dia takut aku menolaknya. Aha, bisa jadi, ge-er hati Sheila.
Dua menit berlalu, tiba-tiba cowok itu mendekati Sheila. “Aku….”
“Ya, gimana?” tanya Sheila cepat, matanya yang besar nyaris gak punya kelopak makin gede membola.
Cowok itu diam sejenak, menatap Sheila heran. Cewek aneh dengan penampilan yang juga aneh, bisik hatinya. Tapi lain bagi Sheila. Oh God… dia menatapku, dia terpesona, pekik hatinya histeris.
“Yuk deh, aku cabut dulu ya!”
Sheila tersadar. Bukankah dia belum mengungkapkan kata-kata puitisnya untuk mengajakku? Kenapa dia tiba-tiba pergi. Ah… sial! Pasti dia mengira aku menolaknya. Sheila memaki-maki dirinya sendiri, mestinya dia lebih berani lagi merayu pangeran itu.
Ah, tolol banget aku!
Oh God, cowok itu datang lagi. Sheila memekik histeris dan langsung menutup buku-bukunya dan tersenyum menyambut Brendan yang makin hari tambah keren di matanya.
“Hai Brendan,” panggil Sheila.
Cowok itu menoleh cepat. “Hai juga!”
Sheila memandang cowok itu dengan mata berbinar bak ribuan lampu. “Pesta dansanya gimana? Katanya mau ngajak aku, kapan dong?” tanyanya mengingatkan ajakan yang belum diucapkan Brendan kemarin.
“Pesta dansa?” tanya balik Brendan.
Sheila mengangguk pelan. “Pesta dansa berpasang-pasangan, dengan baju yang seksi,” ujar Sheila masih dengan senyumnya, melihat Brendan masih heran, Sheila melayangkan beberapa kali kibasan tangannya di depan wajah Brendan, dengan harapan Brendan tahu bahwa dia tak akan menolak ajakan Brendan.

“Oh… itu!? Ya ampun… gue lupa!” Brendan tampak baru mengerti. Brendan meneliti Sheila dari ujung kepala hingga sepatunya. Cewek berpenampilan aneh ini ge-er, gak nyambung, pikirnya. Cewek yang sehari-hari tenggelam di perpustakaan dengan rambut di kepang, kaos kaki belang-belang, wajahnya hitam banyak jerawat, bentuk pipinya yang menonjol, matanya yang seperti tak berkelopak… ah, kasihan.
“Kamu mau tahu siapa yang aku ajak?” Brendan tak ingin mengasihi cewek ini, percuma pikirnya.
Sheila mengangguk senang, matanya kian besar membola. Tentu saja kamu akan mengajakku kan sayang, aku tahu dari sorot matamu yang terpesona melihatku. Ayo katakan sayang, bisik hatinya tak sabar. Saat yang kutunggu-tunggu telah tiba, Sheila merasa tubuhnya mulai berkeringat, butiran besar-besar segede jagung hingga membasahi kemejanya. Ah... bahagianya aku….
“Aku akan mengajak Selly.”
Deg! Wajah Sheila langsung menegang dan bibirnya yang tebal membuka. Apa dia bilang? Tanya hati Sheila ragu. Ah pasti aku salah dengar, dia pasti tadi bilang Sheila.
“S-H-E-I-L-A?” ujar Sheila membenarkan.
Brendan menggeleng.
“Bukan kamu, tapi Selly, memang namanya mirip nama kamu.” Lalu Brendan menoleh keluar.
“Nah itu dia anaknya, akan kukenalkan sama kamu ya? Sel!” Brendan bergegas keluar.
Sheila merasa kepalanya pening, matanya kunang-kunang, darah rendahnya tiba-tiba kumat pula. Angan-angan indahnya langsung hancur berderai. Jantungnya terasa ditikam belati. Dia tiba-tiba melihat pangerannya digandeng seorang gadis cantik, tersenyum padanya. Dan….
Brrruukkk!!!
Brendan masuk kembali.
“Sheila, kenalkan ini Selly,” ujar Brendan seraya menggandeng Selly, tapi seketika senyumnya menghilang.
“Lho mana dia? Kok menghilang tiba-tiba?” Brendan dan Selly mencari-cari.
“Siapa sih Brend, cewek yang sering di sini?”
“Iya.”
“Ngapain kamu tiba-tiba perhatian sama dia, si kutu buku itu aneh, gak suka gaul sama anak-anak.”
“Tapi dia baik kok, dia ngerti banyak tentang buku.”
“Udah deh, kita pergi yuk, lagian perpustakaan ini katanya serem.” Selly cepat menarik tangan Brendan keluar.
Sheila tengah pingsan di lantai di bawah meja yang sering didudukinya. Tapi di dalam pingsannya, Sheila sedang digandeng Brendan menuju tempat pesta. Dia akan berdansa bersama Brendan malam ini.

Halaman 1 | 2 | 3

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda